1937: Perang
Sino-Jepang
Konflik perang mulai di Asia
beberapa tahun sesudah pertikaian di Eropa.
Jepang telah menginvasi Cina pada tahun 1931, jauh sebelum Perang Dunia II dimulai di Eropa. Pada 1 Maret, Jepang menunjuk Henry Pu Yi menjadi kaisar di Manchukuo ,
negara boneka bentukan Jepang di Manchuria.
Pada 1937, perang dimulai ketika
Jepang mengambil alih Manchuria.
Roosevelt menandatangani sebuah perintah eksekutif yang tidak diterbitkan (rahasia) pada
Mei 1940 yang mengijinkan personel militer AS
untuk mundur dari tugas sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam operasi
terselubung di Cina sebagai "American Volunteer Group" (AVG)
(juga dikenal sebagai Harimau
Terbang Chennault). Selama
tujuh bulan, kelompok Harimau Terbang berhasil menghancurkan sekitar 600
pesawat Jepang, menenggelamkan sejumlah kapal Jepang, dan menghentikan invasi
Jepang terhadap Burma. Dengan adanya tindakan Amerika
Serikat dan negara lainnya yang
memotong ekspor ke Jepang, maka Jepang merencanakan serangat terhadap Pearl Harbour pada 7
Desember 1941 tanpa peringatan
deklarasi perang; sehingga mengakibatkan kerusakan parah pada Armada Pasifik Amerika. Hari berikutnya, pasukan
Jepang tiba di Hong Kong, yang kemudian menyebabkan menyerahnya pasukan Inggris pada Hari Natal di
bulan itu.
1940: Jajahan Perancis Vichy
Pada 1940,
Jepang menduduki Indocina Perancis (kini Vietnam) sesuai persetujuan dengan Pemerintahan
Vichy meskipun secara
lokal terdapat kekuatan Pembebasan Perancis (Forces Françaises Libres/FFL), dan bergabung
dengan kekuatan Poros Jerman serta Italia. Aksi ini menguatkan konflik Jepang dengan Amerika
Serikat dan Britania Raya yang bereaksi dengan memboikot kiriman minyak terhadap
Jepang.
1941: Pearl Harbor , A.S. turut
serta dalam perang, invasi Jepang di Asia Tenggara
Pada 7 Desember 1941,
pesawat Jepang dikomandoi oleh Laksamana Madya Chuichi Nagumo melaksanakan
serangan udara kejutan terhadap Pearl Harbor, pangkalan angkatan laut AS
terbesar di Pasifik. Pasukan Jepang menghadapi perlawanan kecil dan
menghancurkan pelabuhan tersebut. AS dengan segera mengumumkan perang terhadap
Jepang.
Bersamaan dengan serangan terhadap Pearl
Harbor , Jepang juga menyerang pangkalan udara AS di Filipina. Setelah serangan ini, Jepang
menginvasi Filipina dan koloni-koloni Inggris di Hong Kong, Malaya, Borneo dan Birma dengan maksud selanjutnya menguasai ladang minyak Hindia Belanda. Seluruh wilayah ini dan daerah
yang lebih luas lagi, jatuh ke tangan Jepang dalam waktu beberapa bulan saja.
Markas Britania Raya di Singapura juga dikuasai,
yang dianggap oleh Churchill sebagai
salah satu kekalahan dan sejarah yang paling memalukan bagi Britania.
1942: Invasi Hindia-Belanda
Penyerbuan ke Hindia Belanda diawali
dengan serangan Jepang ke Labuan, Brunei, Singapura, Semenanjung Malaya, Palembang,Tarakan dan Balikpapan yang
merupakan daerah-daerah sumber minyak. Jepang sengaja mengambil taktik tersebut sebagai
taktikgurita yang
bertujuan mengisolasi kekuatan Hindia Belanda dan Sekutunya yang tergabung
dalam front ABDA (America (Amerika Serikat), British (Inggris), Dutch (Belanda), Australia) yang berkedudukan di Bandung. Serangan-serangan itu mengakibatkan
kehancuran pada armada laut ABDA khususnya Australia dan Belanda.
Sejak peristiwa ini, Sekutu akhirnya memindahkan basis
pertahanannya ke Australia meskipun demikian Sekutu masih mempertahankan
beberapa kekuatannya di Hindia Belanda agar tidak membuat Hindia Belanda merasa
ditinggalkan dalam pertempuran ini.
Jepang mengadakan serangan laut besar-besaran ke Pulau Jawa pada bulan Februari-Maret 1942 dimana
terjadi Pertempuran Laut Jawa antara armada laut Jepang melawan
armada gabungan yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Armada Gabungan sekutu kalah dan
Karel Doorman gugur.
Jepang menyerbu Batavia (Jakarta) yang akhirnya dinyatakan sebagai kota
terbuka, kemudian terus menembus Subang dan
berhasil menembus garis pertahanan Lembang-Ciater,kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan
Sekutu-Hindia Belanda terancam. Sementara di front Jawa Timur, tentara Jepang
berhasil menyerang Surabaya sehingga
kekuatan Belanda ditarik sampai garis pertahanan Porong.
Terancamnya kota Bandung yang menjadi
pusat pertahanan dan pengungsian membuat panglima Hindia Belanda Letnan Jendral Ter Poorten mengambil
inisiatif mengadakan perdamaian. Kemudian diadakannya perundingan antara
Tentara Jepang yang dipimpin oleh Jendral Hitoshi Imamura dengan pihak Belanda yang diwakili
Letnan Jendral Ter Poorten dan Gubernur Jendral jhr
A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Pada Awalnya Belanda
bermaksud menyerahkan kota Bandung namun tidak mengadakan kapitulasi
atau penyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada Pihak Jepang. Pada saat itu
posisi Panglima tertinggi angkatan perang Hindia Belanda tidak lagi berada pada Gubernur Jendral
namun diserahkan kepada Ter Poorten sehingga dilain waktu Belanda menganggap
bahwa kedudukan di Hindia Belanda masih tetap sah dilanjutkan. Namun setelah
Jepang mengancam akan mengebom kota Bandung akhirnya Jendral
Ter Poorten setuju untuk menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
1942: Laut Coral, Port Moresby ,
Midway, Guadalcanal
Pada Mei 1942, serangan laut terhadap Port Moresby, Papua Nugini digagalkan oleh pasukan Sekutu dalam Perang Laut Coral.
Kalau saja penguasaan Port Moresby berhasil,Angkatan Laut Jepang dapat juga menyerang Australia. Ini merupakan perlawanan pertama yang berhasil
terhadap rencana Jepang dan pertarungan laut pertama yang hanya menggunakan kapal induk. Sebulan kemudian invasi Atol
Midway dapat dicegah dengan
terpecahnya pesan rahasia Jepang, menyebabkan pemimpin Angkatan Laut AS
mengetahui target berikut Jepang yaitu Atol Midway. Pertempuran ini menyebabkan Jepang kehilangan empat kapal induk yang industri Jepang tidak dapat menggantikannya,
sementara Angkatan Laut AS kehilangan satu kapal induk. Kemenangan besar buat AS ini menyebabkan Angkatan
Laut Jepang kini dalam posisi bertahan.
Namun, dalam bulan Juli penyerangan darat terhadap Port Moresby dijalankan
melalui Track
Kokoda yang kasar. Di
sini pasukan Jepang bertemu dengan pasukan cadangan Australia, banyak dari
mereka masih muda dan tak terlatih, menjalankan aksi perang dengan keras kepala
menjaga garis belakang sampai tibanya pasukan reguler Australia dari aksi di Afrika
Utara, Yunani dan Timur Tengah.
Pasukan Australia
and AS melancarkan kampanye yang panjang untuk merebut kembali bagian yang
diduduki oleh Pasukan Jepang di Kepulauan Solomon, New
Guinea dan Hindia Belanda, dan mengalami beberapa
perlawanan paling sengit selama perang. Seluruh Kepulauan Solomon direbut
kembali pada tahun 1943, New Britain dan New Ireland pada tahun 1944. Pada saat Filipina sedang
direbut kembali pada akhir tahun 1944, Pertempuran Teluk Leyte berkecamuk, yang disebut sebagai perang laut terbesar sepanjang sejarah. Serangan
besar terakhir di area Pasifik barat daya adalah kampanye
Borneo pertengahan
tahun 1945, yang ditujukan untuk mengucilkan sisa-sisa pasukan Jepang di Asia
Tenggara, dan menyelamatkan tawanan perang Sekutu.
Kapal selam dan pesawat-pesawat Sekutu juga
menyerang kapal dagang Jepang, yang menyebabkan industri di Jepang kekurangan
bahan baku .
Bahan baku industri sendiri merupakan salah satu
alasan Jepang memulai perang di Asia . Keadaan
ini semakin efektif setelah Marinir AS merebut
pulau-pulau yang lebih dekat ke kepulauan Jepang.
Tentara Nasionalis Cina (Kuomintang) dibawah pimpinan Chiang Kai-shek dan Tentara Komunis Cina dibawah Mao Zedong, keduanya sama-sama menentang
pendudukan Jepang terhadap Cina, tetapi tidak pernah benar-benar bersekutu
untuk melawan Jepang. Konflik kedua kekuatan ini telah lama terjadi jauh
sebelum Perang Dunia II dimulai, yang terus berlanjut, sampai batasan tertentu
selama perang, walaupun lebih tidak kelihatan.
Pasukan Jepang telah merebut sebagian dari Burma, memutuskan Jalan
Burma yang digunakan
oleh Sekutu untuk memasok Tentara Nasionalis Cina. Hal ini menyebabkan Sekutu
harus menyusun suatu logistik udara berkelanjutan yang besar, yang lebih
dikenal sebagai "flying the Hump".
Divisi-divisi Cina yang dipimpin dan dilatih oleh AS, satu divisi Inggris, dan
beberapa ribu tentara AS, membersihkan Burma utara dari pasukan Jepang sehingga Jalan
Ledo dapat dibangun
untuk menggantikan Jalan Burma. Lebih ke selatan, induk dari tentara Jepang di kawasan perang ini
berperang sampai terhenti di perbatasan Burma-India oleh Tentara
ke-14 Inggris yang
dikenal sebagai "Forgotten Army", yang dipimpin oleh Mayor Jendral Wingate yang
kemudian melancarkan serangan balik dan berhasil dengan taktik gerilyanya yang
terkenal dan bahkan dijadikan acuan bagi Tentara dan Pejuang Indonesia pada
tahun 1945–1949. Setelah merebut kembali seluruh Burma ,
serangan direncanakan ke semenanjung Malaya
ketika perang berakhir.
1945: Iwo Jima, Okinawa , bom
atom, penyerahan Jepang
Perebutan pulau-pulau seperti Iwo Jima dan Okinawa oleh pasukan AS menyebabkan Kepulauan
Jepang berada dalam jangkauan serangan laut dan udara Sekutu. Di antara
kota-kota lain, Tokyo dibom bakar oleh Sekutu, dimana dalam
penyerangan awal sendiri ada 90.000 orang tewas akibat kebakaran hebat di
seluruh kota .
Jumlah korban yang tinggi ini disebabkan oleh kondisi penduduk yang padat di
sekitar sentra produksi dan konstruksi kayu serta kertas pada rumah penduduk
yang banyak terdapat pada masa itu. Tanggal 6 Agustus 1945,
bomber B-29 "Enola Gay" yang dipiloti oleh Kolonel Paul Tibbets, Jr. melepaskan satu bom atom Little Boy di Hiroshima, yang secara efektif menghancurkan
kota tersebut.
Pada tanggal 8 Agustus 1945,
Uni Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang, seperti yang telah disetujui
pada Konferensi Yalta, dan melancarkan serangan besar
terhadap Manchuria yang diduduki Jepang (Operasi
Badai Agustus). Tanggal 9 Agustus 1945,pesawat
bomber jenis Boeing B-29 Superfortress "Bock's Car" yang dipiloti
oleh Mayor Charles
Sweeney melepaskan
satu bom atom Fat Man diNagasaki.
Kombinasi antara penggunaan bom atom dan keterlibatan baru
Uni Soviet dalam perang merupakan faktor besar penyebab menyerahnya Jepang,
walaupun sebenarnya Uni Soviet belum mengeluarkan deklarasi perang sampai
tanggal 8 Agustus 1945, setelah bom atom pertama dilepaskan. Jepang menyerah
tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945,
menandatangani surat penyerahan pada tanggal 2 September 1945 di atas kapal USS Missouri di teluk Tokyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar