Sabtu, 22 September 2012

SINGAPARNA


K.H.Z Mustofa
KH Zainal Mustafa lahir di Desa Cimerah, Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya pada tahun 1899 dari pasangan Nawapi dan Ny. Ratmah. Pada 1927 KH Zainal Mustafa mendirikan pesantren yang merupakan cita-citanya. Pesantren yang ia dirikan dinamai Persantren Sukamanah.

Zainal Mustafa merupakan kiai muda yang berjiwa revolusioner. Ia menganut paham pendidikan yang sifatnya "Non Cooperation", tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Secara terang-terangan ia mengadakan kegiatan yang membangkitkan semangat kebangsaan dan sikap perlawanan terhadap pendudukan penjajah. Melalui khutbah-khutbahnya ia selalu menyerang kebijakan politik kolonial Belanda. Akibatnya pada 17 November 1941, KH. Zaenal Mustafa bersama Kiai Rukhiyat (dari Pesantren Cipasung), Haji Syirod, dan Hambali Syafei ditangkap pemerintah dengan tuduhan telah menghasut rakyat untuk memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda.

Pemerintah Jepang yang menggantikan kekuasaan Belanda di Indonesia Maret 1942 membebaskan Zainal Mustafa dengan harapan ia dapat membantu Jepang. Namun ia malah memperingatkan para pengikut dan santrinya bahwa fasisme Jepang itu lebih berbahaya dari imperialisme Belanda. Ia juga menolak melakukan seikerei, yaitu memberi hormat kepada kaisar Jepang dengan membungkukkan diri 90 derajat kearah matahari terbit. Perbuatan tersebut dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.Dalam setiap dakwahnya KH Zainal Mustafa selalu menekankan pentingnya berjuang melawan penjajah kafir Jepang yang lebih kejam dari Belanda dengan mendengungkan perang jihad. Secara diam-diam santri Sukamanah telah merencanakan untuk melakukan tindakan sabotase terhadap pemerintah Jepang.

Peristiwa ini merupakan awal dari peristiwa bersejarah yaitu perlawanan terbuka santri Pesantren Sukamanah yang mengakibatkan gugurnya puluhan santri Sukamanah. Para santri yang gugur dalam pertempuran itu berjumlah 86 orang. Selain itu sekitar 700-900 orang ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara di Tasikmalaya. KH. Zainal Mustafa sempat memberi instruksi secara rahasia kepada para santri dan seluruh pengikutnya yang ditahan agar tidak mengaku terlibat dalam pertempuran melawan Jepang, termasuk dalam kematian para opsir Jepang, dan pertanggungjawaban tentang pemberontakan Singaparna dipikul sepenuhnya oleh KH. Zainal Mustafa. Akibatnya, sebanyak 23 orang yang dianggap bersalah, termasuk KH. Zainal Mustafa sendiri, dibawa ke Jakarta untuk diadili. Namun mereka hilang tak tentu rimbanya.



Faktor Pendorong Pemberontakan Singaparna
Peristiwa pemberontakan Singaparna mempunyai dasar keagamaan dan kebangsaan yang kuat. Cita-cita negara islam dijunjung tinggi di dalam hati setiap rakyat sesuai dengan ajaran agama yang diajarkan. Demikian pula semangat kemerdekaan sangat tebal dalam masyarakat Singaparna, yang terkenal kebenciannya terhadap penjajahan. Pada masa kolonial Belanda pun daerah ini mendapat pengawasan yang keras. Rakyat teguh beragama, tetapi teguh pula memegang kebangsaannya.

Di atas dasar-dasar inilah tumbuh alasan-alasan untuk memberontak terhadap totiliter Jepang. Adanya “Seikrei” yaitu mebungkuk (menghormat) kearah Tokyo. Hal inilah yang sangat dibenci oleh santri-santri karena berarti mereka disuruh untuk menyembah matahari. Cara menyembah ini melukai hati umat yang beragama islam, seolah-olah merubah arah qiblat dari Tanah Suci ke Jepang. Cita-cita “Dairul Islam”, yang telah meluas dan mendalam di kalangan rakyat, tidaklah mungkin mengalah kepada gerakan “seikrei” ini yang dilakukan oleh pemerintah Jepang pada tiap upacara.

Api perlawanan suci yang telah menyala sedemikian dalam hati penganut islam di daerah ini, ditumpahi pula oleh kekejaman romusha dan pengumpulan padi dan beras soal romusha sangat diderita oleh rakyat sebagai pekerja paksaan di bawah ancaman bayonet, yang amat mengganggu dalam kekeluargaan dan kedesaan. Demikian pula soal pengumpulan padi, Jepang sama sekali tidak memerhatikan kesengsaraan hidup rakyat desa. Akibat perintah keras dari militer Jepang terjadilah pemungutan dari syucokan melalui kenco (bupati), gunco bahan makanan kini menderita kekurangan. Para petani tidak dapat lagi merasakan hasil keringatnya, karena hampir seluruh hasilnya diangkut oleh pemerintah Jepang.

Adapun hal yang menjadi latar belakang terjadinya pemberontakan Singaparna diantaranya, yaitu :
1. Adanya “Seikrei” yaitu mengheningkan cipta membungkuk (menghormat) kearah Tokyo. Hal inilah yang sangat dibenci oleh rakyat karena mereka harus menyembah matahari.
2. Adanya kewajiban menyerahkan beras kepada Jepang pada setiap panen sebanyak 2 kwintal. Hal ini dirasakan oleh petani desa Cimerah dan daerah sekitar Singaparna sangat berat.
3. Terjadinya penipuan terhadap wanita-wanita dan gadis-gadis yang dijanjikan akan disekolahkan di Tokyo, sehingga banyak yang mendaftarkan diri. Tapi sebenarnya wanita-wanita tersebut dikirim ke daerah pertempuran seperti Birma dan Malaya untuk menghibur tentara-tentara Jepang.



Pemberontakan Pertama
Pada tahun 1943 K.H.Z. Mustofa bersama para pengikutnya mulai menyusun rencana untuk mengadakan perlawanan. Tapi Jepang yang tidak pernah lepas perhatiannya terhadap mereka sudah dapat mengetahui rencana tersebut. Rencana tersebut akan dimulai kira-kira tanggal 25 Februari 1944, untuk melaksanakannya mereka mempersiapkan diri dengan sangat sederhana, mereka akan hanya bermodalkan bambu runcing dan golok-golok dari bambu. Tetapi itu tidak membuat mereka menyerah karena para santri-santri di pesantren Sukamarnah pun mulai berlatih untuk bela diri. Pemerintah Jepang mengetahui kegiatan tersebut dari mata-matanya dan ingin melakukan penyerangan, maka santri-santri di pesantren Sukamarnah bersiap-siap jika Jepang menyerang secara tiba-tiba.

Pemimpin dari kelompok Sukamarnah adalah ; Domon, Abdulhakim, Najamudin, dan Ajengan Subki, sedangkan kepala dari pesantren tersebut adalah K.H.Z Mustafa dan di bantu dengan wakilnya Najamuddin. Pada tanggal 24 Februari satu hari sebelum terjadinya peristiwa Jepang mengirim satu utusannya goto-sidokan dari kepolisian Tasikmalaya dengan beberapa Keiboho Indonesia untuk melakukan perundingan dengan K.H.Z Mustofa. Goto-Sidokam disuruh kembali ke Tasikmalaya untuk menyampaikan pesan ultimatum dari K.H.Z Mustofa kepada Jepang yang berisi bahwa pada tanggal 1 Maulid Jepang harus memerdekakan pulau Jawa atau akan ada terjadi pertempuran.

Keesokan harinya rombongan jepang datang ke Sukamarnah untuk menemui K.H.Z Mustofa untuk mengadakan perundingan, mereka adalah Kompeitaico Tasikmalaya, Kompeitaico Garut. Tetapi karena sikap mereka yang dirasa Ajengan Najmuddin dan kawan-kawan tidak baik dengan terpaksa mereka para Santri Sukamarnah melakukan kekerasan jug walau kepada bangsanya. Karena sudah terkepung oleh para santri Jepang menyerahkan semua senjatanya dan ditahan sehari semalam, setelah satu hari berlalu baru lah petugas-petugas santri mengizinkan Jepang pulang.

Pemberontakan Kedua
25 Februari 1944 pada hari jum’at khotbah terakhir dari K.H.Z telah disampaikan dan saat itu juga terdengar suara kendaraan menghampiri pesantren. Salah satu dari keempat opsir jepang melambaikan tangan ke Mustofa dengan maksud memanggil Mustofa, Opsir-opsir jepang itu datang dengan maksud menyampaikan bahwa Sukamanah tidak mau bekerja sama dengan Jepang dan tidak mau menurut perintah negara untuk menghadap ke Tasikmalaya. Mustofa menjawab dengan singkat bahwa dia akan datang besok untuk mengembalikan senjata api dengan ganti, kepala tuan dari empat opsir itu tinggal di Sukamanah. Karena santri sukamanah emosi mendengarnya mereka mulai menyerang 4 opsir jepang itu, 3 opsir mati dan satunya lagi melarikan diri.

Setelah kejadian itu keadaan mulai tenang dan K.H.Z Mustofa mulai menyiapkan siasa-siasat bahwa jepang pasti akan melakukan perlawanan. Pasukan Sukamanah berkekuatan 2000 orang itu diletakkan di kampung Cihaur yang dipimpin oleh Najjamuddin. K.H.Z berpesan agar tidak ada perang dengan bangsa sendiri, ketika pukul lebih kurang 16:00 santri melihat truk yang mendekati garis pertahanan Sukamanah, lalu santri paling depan melaporkan kepada K.H.Z Mustofa bahwa mereka adalah bangsa kita, Jepang menggunaka taktik adu domba antara bangsa sendiri.

Tetap saja K.H.Z Mustofa mengatakan untuk menghindari perlawan dengan bangsa sendiri, tetapi Jepang sudah meluncurkan senjatanya ke santri Sukamanah dan menghujam sebagian dari mereka dan pada saat itulah perang antar bangsa tidak dapat dihindari. Kira-kira pukul 17:30 semua tempat pertahanan Sukamanah sudah hancur dan banyak santri yang tewas. Sedangkan K.H.Z Mustofa ditawan dan dibawa ke Kompeitai Tasikamalaya.

Akhir Pemberontakan
Setelah pertempuran selesai K.H.Z Mustofa menyuruh santri-santrinya untuk mundur dan menyelamatkan diri, sedangkan Jepang menghancurkan pesantren tersebut. Pada tanggal 26 Februari 1944 penjara Tasikmalaya sudah dipenuhi ole 700-800 tahanan. Pada tanggal 27 Februari 1944 datang instruksi rahasia dari K.H.Z Mustofa ke penjara tersebut untuk menyampaikan pesan kepada santri-santrinya. Pada tanggal 29 Februari 1944 diadakan pemeriksaan sampai 3 bulan kedepan, dan pada pertengahan  Mei 1944 hasilnya keluar ;
1.       Golongan yang tidak bersalah (dikembalikan ke kampung masing-masing)
2.       Golongan yang mempunyai sangkut paut dengan pemberontakan tetapi tidak aktif ( dikenai hukuman 5-7 tahun, orang yang ada di golongan ini ada 79 orang)
3.       Pimpinan pemberontakan dan mereka yang dituduh aktif dalam pembunuhan opsir-opsir jepang dan ikut aktif dalam  pertempuran melawan pasukan bersenjata Dai Nippon. ( ada 23 orang termasuk K.H.Z Mustofa)

Para santri yang gugur dalam pertempuran berjumlah 86 orang. Meninggal di Singaparna karena disiksa sebanyak 4 orang. Meninggal di penjara Tasikmalaya karena disiksa sebanyak 2 orang. Hilang tak tentu rimbanya (kemungkinan besar dibunuh tentara Jepang), termasuk K.H. Zaenal Mustofa, sebanyak 23 orang. Meninggal di Penjara Sukamiskin Bandung sebanyak 38 orang, dan yang mengalami cacat (kehilangan mata atau ingatan) sebanyak 10 orang. Para santri ini tidak memiliki apa-apa untuk memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, kecuali darah, kerja keras, air mata, dan keringat.

Perlu dijelaskan pula bahwa sehari setelah peristiwa itu, antara 700-900 orang ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara di Tasikmalaya. Yang sangat penting adalah instruksi rahasia dari K.H. Zaenal Mustofa kepada para santri dan seluruh pengikutnya yang ditahan, yaitu agar tidak mengaku terlibat dalam pertempuran melawan Jepang, termasuk dalam kematian para opsir Jepang, dan pertanggungjawaban tentang pemberontakan Sukamanah dipikul sepenuhnya oleh K.H. Zaenal Mustofa.

Akibatnya memang berat. Sebanyak 23 orang yang dianggap bersalah, termasuk K.H. Zaenal Mustofa, dibawa ke Jakarta untuk diadili. Namun mereka hilang tak tentu rimbanya. Kemungkinan besar mereka dibunuh. Korban lainnya, seperti telah disebutkan di atas dan sekitar 600-an orang dilepas, karena dianggap tidak terlibat.Sebagai tanda untuk menghormati K.H.Z  Mustofa dibuat, sekarang di Sukamanah telah didirikan SD dan PGAN dengan memakai nama K.H.Z Mustofa.

By : Fellingga, Fakhruni, Gloria, Kevin, Felix

2 komentar:

  1. Informasi yang dicantumkan dalam artikel sudah cukup lengkap dan sesuai dengan kriteria penilaian karena mencangkup 4W+1H. Good job Lingga

    BalasHapus